google.com
Diantara hal-hal yang membatalkan amal
shalih adalah:
-5- MINUM KHAMR
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةُ أَرْبَعِيْنَ صَبَاحًا،
"Barang siapa yang minum khamr maka
tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari."
(HR Tirmidzi)
Dan sungguh merugi orang yang minum khamr.
Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:
َمَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَشْرَبْهُ فِي الْآخِرَةِ
"Barang siapa yang minum khamr di
dunia maka dia tidak akan minum khamr di akhirat kelak."
(HR An Nasāi)
⇒ Ini adalah hukuman bagi orang yang menyegerakan kenikmatan di
dunia, yaitu dia tidak akan merasakan kenikmatan tatkala di akhirat kelak.
Sungguh aneh, seseorang yang diberi
kenikmatan akal (berupa) kecerdasan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, lantas dia menghilangkan
akalnya dengan minum khamr sehingga masuklah dia ke dalam rombongan orang-orang
gila.
Apakah dia ridha tatkala dia disamakan
dengan orang-orang yang gila (tidak berakal)?
Demikianlah, tatkala syahwat sudah memenuhi
diri seseorang, maka dia tidak peduli.
Diapun minum khamr demi untuk mendapatkan
kenikmatan sementara dan mengorbankan kenikmatan yang abadi.
-6- MENINGGALKAN SHALAT 'ASHAR
Secara umum meninggalkan shalat adalah dosa
besar, terlebih-lebih lagi shalat 'ashar.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengkhususkan penyebutan shalat
'ashar, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى
"Jagalah shalat-shalat, terutama
shalat al wustha (yaitu shalat 'ashar)."
(QS Al Baqarah: 238)
Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam
haditsnya:
مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ ، فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُه
"Barang siapa yang meninggalkan shalat
'ashar maka akan gugur amalannya."
(HR Ahmad)
Sesungguhnya menjaga shalat 'ashar merupakan
ibadah yang sangat mulia, dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
من صلى البردين دخل الجنة
"Barang siapa yang shalat pada dua
waktu (yaitu shalat shubuh dan shalat 'ashar) maka dia akan masuk ke dalam
surga."
(Muttafaqun 'Alayhi)
Shalat 'ashar adalah satu dari dua shalat
yang merupakan sebab seseorang akan merasakan kenikmatan indahnya melihat wajah
Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
انكم سترون ربكم يوم القيامة كما ترون القمر ليلة البدر لا تضامون في
رؤيته ، فإن استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمس ، وقبل غروبها ،
فافعلوا...
"Sesungguhnya kalian akan melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada hari
kiamat kelak, sebagaimana kalian melihat bulan di bulan purnama.
Kalian tidak akan berdesak-desakan
(dorong-dorongan) tatkala melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kalau kalian mampu untuk tidak ketinggalan
shalat subuh dan shalat 'ashar maka lakukanlah."
Ini dalil bahwasannya menjaga shalat 'ashar
merupakan sebab seorang mendapatkan kenikmatan memandang wajah Allāh pada hari
kiamat kelak.
Dan hati-hati, berapa banyak orang yang
bermudah-mudah meninggalkan shalat 'ashar.
Terutama orang-orang yang bekerja di siang
hari, tatkala mereka pulang kelelahan, lantas mereka tertidur sehingga
ketinggalan shalat 'ashar.
-7- MENGUNGKIT-UNGKIT KEBAIKAN (AL MANN)
Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ
بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
"Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kalian membatalkan sedekah kalian dengan mengungkit ungkitnya dan
mengganggu orang yang kalian bantu."
(QS Al Baqarah: 264)
Oleh karenanya, jika kita memberi bantuan
kepada orang lain, (maka) kita lupakan (jangan mengungkit-ungkit), karena hal
itu (akan) menyakitkan hatinya.
Jika kita mengungkit-ungkit, (maka) amalan
sedekah kita akan hilang, bahkan diancam dengan adzab yang pedih.
Dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
"Tiga golongan yang Allāh tidak akan
berbicara dengan mereka pada hari kiamat dan tidak akan melihatnya pada hari
kiamat, dan bagi mereka adzab yang pedih."
Diantaranya adalah Al Mann, yaitu orang
yang suka mengungkit-ungkit amalan sedekah yang dia berikan.
Sungguh sakit hati Si Miskin ketika kita
mengungkit-ungkit dengan mengatakan:
"Bukankah saya pernah membantu
engkau?"
"Bukankah saya pernah meringankan
bebanmu?"
"Bukankah saya pernah melunaskan
hutangmu?"
"Bukankah saya pernah
membantumu?"
Ini menggugurkan amalan kita.
Maka, jadilah kita seorang yang tatkala
berinfaq tidaklah mengharap kecuali ganjaran dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sebagaimana perkataan
orang-orang mukminin penghuni surga:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاء
وَلَا شُكُوراً
"Sesungguhnya kami memberi makan
kepada kalian karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kami
tidak butuh dari kalian perkataan terima kasih dan balasan."
(QS Al Insān: 9)
-8- MENGANGKAT (MENGERASKAN) SUARA DI ATAS
SUARA NABI SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALLAM
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ
صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ
لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kalian mengangkat suara kalian di atas suara Nabi, dan janganlah
kalian mengeraskan suara (perkataan) kalian di hadapan Nabi sebagaimana kalian
mengeraskan suara kalian satu dengan yang lain, akan gugur amalan-amalan kalian
dan kalian dalam kondisi tidak sadar."
(QS Al Hujurāt: 2)
Kata para ulama:
"Kalau Nabi shallallāhu 'alayhi wa
sallam masih hidup lantas kita berkata-kata keras di hadapan Nabi atau suara
kita mengungguli suara Nabi bisa membatalkan amalan kita, (maka) bagaimana jika
bukan hanya mengeraskan suara, bahkan menyelisihi hadits-hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa
sallam?"
Ini perkara yang sangat menyedihkan.
Sebagian orang, tatkala kita datangkan
hadits-hadits yang shahih, (kemudian) kita katakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan demikian,
mereka (lalu) mengatakan:
"Saya tidak percaya, saya lebih
percaya terhadap perkataan ustadz saya, guru saya, syaikh saya."
Maka dia mencampakkan hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa
sallam.
⇒ Padahal dia tahu bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah berkata dalam hadits yang shahih kemudian
dia tolak.
Kita khawatir orang seperti ini akan
digugurkan amalannya.
Kita tahu bahwasanya para ulama memiliki
kedudukan yang mulia, akan tetapi tidak ada yang ma'shum.
Apa perkataan Imam Mālik, gurunya
Imām Syāfi'ī rahimahullāh ?
Imam Malik pernah rahimahullāh berkata:
كل أحد يؤخذ من قوله ويرد إلا صاحب هذا القبر
"Setiap orang, siapapun juga, bisa
ditolak perkataannya dan bisa diterima,
kecuali Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam."
⇒ Yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, dia ma'shum, yang perkataannya harus kita
terima.
Maka, seseorang jangan beragama dengan hawa
nafsunya dan mengedepankan syahwatnya sehingga tatkala datang hadits-hadist
shahih maka dia tolak dengan berdalil menggunakan perkataan syaikh atau guru
atau ustadz.
Ini bisa
menggugurkan amal shalihnya.
-9- BERSUMPAH DENGAN NAMA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA DENGAN
MENGATAKAN "SI FULĀN TIDAK AKAN DIAMPUNI ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA."
Dalam hadits yang shahih, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam mengisahkan 2 orang dari Bani Isrāīl; yang satu rajin beribadah dan
yang satu malas beribadah (tukang maksiat).
Temannya yang rajin beribadah senantiasa
menasehati temannya yang tukang maksiat dengan mengatakan:
"Wahai sahabatku, berhentilah engkau
dari bermaksiat."
Dan saudaranya tidak perduli, tetap saja
bermaksiat.
Suatu hari bertemu lagi dan menashihati
lagi temannya dengan mengatakan:
"Wahai Fulān, berhentilah engkau dari
maksiat."
Namun dia tidak mau berhenti dari maksiat.
Sampai suatu hari dia melakukan dosa yang
cukup besar maka temannya pun cukup emosi dan mengatakan:
"Wahai Fulān, berhentilah dari maksiat."
Maka yang ditegur berkata:
"Biarkanlah aku dengan Allāh, bukan
urasanmu menegur-negur aku. Apakah Allāh mengutus engkau sebagai rasul untuk mengawasiku?"
Rupanya yang melakukan maksiat juga emosi
dan mengeluarkan perkataan yang kasar yang menyakiti hati orang shalih tadi.
Tatkala dia mendengar perkataan pelaku
maksiat maka dia menggunakan otaknya dan menyimpulkan bahwa orang seperti ini
tidak akan diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kenapa?
Menurutnya, dia telah menegur berkali-kali
namun tidak didengar malah dijawab oleh pelaku maksiat dengan perkataan
demikian.
Perkataan pelaku maksiat ini salah, namun
orang yang shalih ini lebih salah lagi, yaitu dengan berkata: "Allāh tidak akan
mengampunimu."
Tatkala dia memvonis dengan perkataan
"Allāh tidak akan mengampuni engkau" berarti dia telah menyempitkan
luasnya rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, padahal ini hanya pelaku maksiat (bukan kafir).
Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengirim malaikat untuk mencabut
nyawa kedua orang ini, dan dihadirkan di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāh berkata:
"Siapa yang berani-berani bersumpah
bahwa Aku tidak akan mengampuni Si Fulān? Aku telah mengampuni dia dan Aku menggugurkan amalanmu."
Maka orang shalih ini dimasukkan ke dalam
neraka Jahannam sedangkan pelaku maksiat diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Jangan sampai tatkala emosi kita mengucapkan
perkataan-perkataan yang melebihi syari'at Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Abu Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu
tatkala meriwayatkan hadits ini berkata:
تكلم بكلمة أوبقت دنياه وآخرته
"Orang ini telah mengucapkan satu
kalimat saja, yang akhirnya menghancurkan dunia dan akhiratnya."
Demikianlah.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla
menerima amalan ibadah kita dan menjauhkan kita dari hal-hal yang bisa
merusak dan mengurangi atau menggugurkan amal ibadah kita.
Sumber: Bimbingan Islam
Bagikan artikel ini bila bermanfaat. "Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya" (HR. Muslim)
Sign up here with your email
Jika ada kesalahan silahkan berkomentar. Terima kasih telah saling mengingatkan dalam kebaikan dengan memberikan kritik dan saran. ConversionConversion EmoticonEmoticon